Kata “Pahlawan” dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa Persia

Husein dari Indonesia (ID)
3 min readNov 10, 2023

--

Sumber Gambar: pngtree.com

Sejak sekitar Abad ke-7, hubungan Nusantara (termasuk meliputi wilayah Indonesia) dengan Bangsa Persia sudah terjalin, sehingga dari situ terjadi pengaruh dalam berbagai aspek kehidupan — baik di bidang ekonomi, sosial, budaya bahkan hingga Religi (keyakinan keagamaan) serta yang lainnya [1].

Secara historis dan antropologis, Bahasa Persia mempengaruhi dalam perbendaharaan kosa-kata di Nusantara (khususnya di Indonesia) — bahkan beberapa kata dalam Bahasa Arab ada yang mengambil dari bahasa Persia — begitupun sebaliknya [2].

Salah-satu kata-serapan Bahasa Persia yang ada di dalam Bahasa Indonesia diantaranya ialah kata Pahlawān (پهلوان) [2]. Apabila merujuk pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata “Pahlawan” berarti: “(a) orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran; (b) pejuang yang gagah berani; (c) hero” [3].

Dalam ajaran Agama Islam dimana dikenal bahwa sosok-pribadi mulia yang menjadi salah-satu panutan sebagai “pahlawan” ialah Imam Ali bin Abi Thalib Alaihi-Salam — yang dimana hal tersebut dikuatkan oleh beberapa riwayat dari Rasulullah Muhammad Saww (Shallallahu Alaihi Wa Ali Wasalam) — dalam berbagai amanah-kepercayaan yang diberikan kepada beliau [4].

Amanah kepada Imam Ali Alaihi-Salam tersebut diantaranya ialah beliau berkontribusi besar meraih kemenangan dalam berbagai peperangan yang sangat-hebat — seperti pada perang Ahzab serta yang lainnya — beliau pernah berhasil menembus benteng Khaibar yang dikenal sangat kokoh (yang dimana tidak pernah ada orang yang dapat melakukan hal tersebut), oleh karena itu beliau dijuluki sebagai “pahlawan Islam yang pertama” [5]. Dimana Imam Ali Alaihi-Salam dinilai juga merupakan sosok “Pahlawan Keadilan” [6].

Dalam Agama Islam mengajarkan untuk tidak memulai serta memicu peperangan, namun berbagai hal yang dilakukan yakni sebagai bentuk membela diri serta menjaga orang-lain, daerah wilayah tempat tinggal, tanah-air, bangsa-negara, kehormatan hingga Agama Islam. Sehingga apabila seseorang dalam jalan kebenaran — Jihad Fi Sabilillah — maka mereka wafat-meninggal dan tergolong Syahid. Maka dari itu, para Syuhada merupakan sosok Pahlawan atas pengorbanannya membela kebenaran.

Sebagai contoh pada Kebudayaan Persia — diantaranya kini meliputi wilayah Iran (RII: Republik Islam Iran) — seorang yang menjadi “jawara” di berbagai medan-laga akan semakin terhormat apabila juga memiliki predikat sebagai seorang “pahlawan” (berjiwa pahlawan), terkait kosa-kata tersebut di Indonesia terkadang terkait dengan makna dari predikat-kata “kesatria” [7]. Namun kata pahlawan ini lebih mendalam, karena sering dipergunakan sebagai “predikat-pribadi yang mulia secara lahir-batin” dalam pengorbanan hidupnya membela kebenaran.

Selain itu juga, pengaruh dari kebudayaan Persia sangatlah kuat. Hal tersebut dapat dilihat diantaranya dari aspek linguistik dari berbagai kosa-kata bahasa, seperti pada kata “Pahlawan” serta berbagai kata yang lainnya.

Dari penjelasan singkat tersebut, momentum di Hari Pahlawan Nasional 10 November ini — kita dapat memahami bahwa, dalam perjalanan sejarah di tanah-air Indonesia tercinta. Terkait dengan aspek ke-pahlawan-an, erat kaitannya dengan perjuangan para pahlawan-bangsa yang berkorban untuk merebut “kemerdekaan” — hal tersebut dilakukan demi anak-cucu generasi penerus-pewaris bangsa agar dapat merasakan “kemerdekaan hakiki” [8] dalam kehidupannya.

--

--

Husein dari Indonesia (ID)
Husein dari Indonesia (ID)

Written by Husein dari Indonesia (ID)

0 Followers

Imam Husain (ﻉ) berkata, “Lima perkara yang bila tidak dimiliki seseorang, maka ia tidak memiliki apa-apa: Akal, Agama, Adab, Rasa-Malu, dan Akhlak yang Mulia.”

No responses yet